Rabu, 29 Januari 2014

Agama Buddha Mahayana



A.    PENGERTIAN MAHAYANA

Mahayana (berasal dari bahasa Sansekerta: महायान, mahāyāna yang secara harafiah berarti 'Kendaraan Besar') adalah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Buddha gautama. Mahayana, yang dilahirkan di India, digunakan atas tiga pengertian utama:

1.    Sebagai tradisi yang masih berada, Mahayana merupakan kumpulan terbesar dari dua tradisi Agama Buddha yang ada hari ini, yang lainnya adalah Theravada. Pembagian ini seringkali diperdebatkan oleh berbagai kelompok.
2.    Menurut cara pembagian klasifikasi filosofi Agama Buddha berdasarkan aliran Mahayana, Mahayana merujuk kepada tingkat motifasi spiritual (yang dikenal juga dengan sebutan Bodhisattvayana ) Berdasarkan pembagian ini, pendekatan pilihan yang lain disebut Hinayana, atau Shravakayana. Hal ini juga dikenal dalam Ajaran Theravada, tetapi tidak dianggap sebagai pendekatan yang sesuai.
3.    Menurut susunan Ajaran Vajrayana mengenai pembagian jalur pengajaran, Mahayana merujuk kepada satu dari tiga jalan menuju pencerahan, dua lainnya adalah Hinayana dan Vajrayana. Pembagian pengajaran dalam Agama Buddha Vajrayana, dan tidak dikenal dalam ajaran Agama Buddha Mahayana dan Theravada.
Walaupun asal-usul keberadaan Mahayana mengacu pada Buddha Gautama, para sejarawan berkesimpulan bahwa Mahayana berasal dari India pada abad ke 1, atau abad ke 1 SM Menurut sejarawan, Mahayana menjadi gerakan utama dalam Agama Buddha di India pada abad ke 5, mulai masa tersebut naskah-naskah Mahayana mulai muncul pada catatan prasasti di IndiaSebelum abad ke 11 (ketika Mahayana masih berada di India), Sutra-sutra Mahayana masih berada dalam proses perbaikan. Oleh karena itu, beragam sutra dari sutra yang sama mungkin muncul. Terjemahan-terjemahan ini tidak dianggap oleh para sejarawan dalam membentuk sejarah Mahayana.
Dalam perjalanan sejarahnya, Mahayana menyebar keseluruh Asia Timur. Negara-negara yang menganut ajaran Mahayana sekarang ini adalah CinaJepangKorea dan Vietnam dan penganut Agama Buddha Tibet (etnis Himalaya yang diakibatkan oleh invasi Cina ke Tibet). Aliran Agama Buddha Mahayana sekarang ini adalah "Pure Land", ZenNichirenSingonTibetan dan Tendai. Ketiga terakhir memiliki aliran pengajaran baik Mahayana maupun Vajrayana.

B.     ALIRAN AVATAMSAKA (HUA YEN CUNG/KEGON SYU)
Secara harafiah nama sekte ini berarti "Rangkaian atau Karangan Bunga". pemberian nama tersebut menunjukan akan keindahan, kesegaran, keberserian, yang membawa kedamaian, ketenangan, keberkahan dari sutra-sutra tersebut. Sekte ini bersumber pada Avatamsaka Sutra atau yang sering di sebut dalam bahasa cina dengan sebutan  (Hua Yen Cing), sebuah sutra besar Mahayana. Sutra ini sulit dimengerti sehingg secara legendaris dikisahkan setelah Pertapa Gautama mencapai Samyak Sambodhi, beliau menerangkan isi sutra tersebut, namun sayangnya tidak ada manusia yang dapat memahami isi sutra tersebut. Dikisahkan pula bahwa sutra tersebut dititipkan kepada istana Dewa Naga. Setelah lebih dari 500 tahun Sang Buddha parinirvana, Nagarjuna berhasil mendapatkan kembali sutra tersebut.
Aliran Avatamsaka menekankan pengertian terhadap Dharmadhatu, yang berarti kebenaran terakhir. Disamping itu juga pengertian tentang Dasabhumi. Dharmadatu yang berarti kebenaran terakhir atau kebenaran mutlak, dalam diri manusia disepadankan dengan Tathahatagarbha (Rahim Tathagata), yakni yang membungkus dan menyembunyikan Buddha. Karenanya diri manusia bersipat ambivalen atau ganda. Di satu pihak di dalam dirinya terdapat Buddha (Benih-benih kebuddhaan )  namun di lain pihak benih-benih kebudaan tersebut tersembunyi, terselumbung, terbungkus. Dalam diri manusia mengandung segi-segi yang murni dan tidak murni dan melalui tenaga-tenaga ia menjadi sifat perwujudan yang tampak dalam kelahiran dan kematian atau kebaikan dan kejahatan. Tathagata-garbha meliputi semua mahluk berada dalam keadaan Tathagata-garbha.
Begitu pula dengan alam semesta atau yang meliputi apa saja. Hal ini menunjukan bahwa dharmadatu juga merupakan sebab musabad universal alam semesta, bahwa alam semesta saling berhubungan secara unuversal, saling tergantung secara timbal balik dengan sendirinya, tampa ada mahluk atau sesuatu apapun yang mandiri. Semua unsur dalam alam semesta (dharma) saling bergantungan, dan bukan subsentasi yang terpisah atau berdiri sendiri. Masing-masing unsur dharma tersebut memiliki enam sifat khusus 1.Universalitas : Tampak dalam lima sekan
2.Kekhususan :Orang-orang yangada berdaya tidak sama.
3.Keserupaan : Orang-orang serupa dan saling berhubungan dalam suatu organisme.
4.Keanekaragaman : Setiap orang memiliki hubungan tertentu dengan keseluruhan.
5.Gabungan : Semua orang bekerjasama saling melengkapi
6. Perbedaan : Setiap orang berkedudukan khusus dan melakukan fungsinya yang memperbedakan.
Enam sifat khusus tersebut memperlihatkan bahwa tiada terdapatnya unsur-unsur(dharma) yang memiliki eksistensi tunggal dan mandiri. Teori yang di kemukakan dalam aliran avatamsaka atau Hua Yen ini juga berarti saling ketergantungan yang umum, reativitas universal, sebab musabab yang saling berjalin.
Aliran ini juga menyatakan tentang dunia perwujudan yang dinamis berlandasan pada sifat tanpa-aku, sebagai suatu keutuhan sempurna, dengan sebuah mandala (lingkaran) serba luas dan daur gelombang abadi yang dicerahi oleh Buddha mahavairocana yang memiliki kasih sayang yang tiada batas. Berdasarkan enam sifat kusus tersebut, aliran ini juga mencita-citakan suatu dunia kesatuan dimana didalamnya semua realitas atau fakta berbeda saling menjalin dalam keselarasan sempurna melalui perpaduan dan penyamaan timbal balik. Untuk itu aliran avatamsaka menemukan tentang “ sepuluh teori mandala “ yang terdiri dari teori :
1)      Antara hubungan (segala sesuatu saling bergantungan)
2)      Kebebasan sempurna (membabarkan kembali dukkha)
3)      Penembusan timbal balik (semua saling bergantungan)
4)      Penyamaan-timbal balik (12 nidana)
5)      Perimbangan yang mengatasi ketersembunyian (seimbang) dan yang keterwujutannya berdasarkan dukungan timbal balik,
6)      Konstruksi melalui penembusan timbal balik atau maeteri yang halus dan muskil(mutlak atau diliar pemilihan)
7)      Antara pantulan (pikiran)
8)      Menjelaskan kebenaran melalui gambaran-gambaran nyata.
9)      Sepuluh periodewaktu menciptakan kesatuan
10)   Penyempurna kebajikan
Sepuluh tahap bodhisatva sebagai mana yang terdapat  dalam Dasabhumika sutra juga diungkapkan oleh aliran avatamsaka ini guna memperlihatkan perbedaan kedudukan bodhisatva dari saravaka golongan hinaya dan pratyeka Buddha (Buddha untuk diri sendiri)
Sebagian besar naskah asli dalam bahasa Sansekertanya telah hilang. Penterjemahan sutra tersebut ke dalam bahasa Mandarin dilakukan oleh Buddhabadra, Siksananda dan Prajna. Di Tiongkok sekte ini dipelopori oleh Bhiksu Sien Sou (Tu Sun) yang hidup antara tahun 577-640 M.
Sekte ini sampai sekarang mungkin hanya di Jepang yang masih aktif, sedangkan di negara-negara Timur lainnya umumnya hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhis saja. Di Jepang sekte ini berpusat di Vihara Todaiji ini berpusat di nara

C.     ALIRAN SUKHAVATI (CING THU CUNG/JODO SYU)
Sekte Sukhavati adalah sebuah sekte yang menitikberatkan pada puja bakti terhadap Amitabha Buddha. Dikatakan amitaba tinggal di sukhavati, yang berarti alam atau bumi yang penuh dengan kebahagiaan. Beliau berdiam di sebuah alam yang bernama Sukhavati (bumi yang penuh dengan kebahagiaan) dan 'berada' di sebelah barat  dari loka dunia ini.
Dalam aliran ini dikenal istilah buddha kstrea, yang artinya adalah daerah kekuasaan atau alam Buddha. Berupa satu sistem dunia dimana seorang Buddha tertentu tinggal dan mengajarkan dharma pada mahluk-mahluk untuk membantu mereka mencapai pencerahan batin. Buddhakstra tersebut diluar dari triloka atau tiga rangkaian dunia yang terdiri dari: dunia keinginan atau kamaloka, dunia bentuk atau rupaloka dan dunianiskala atau arupaloka. Karenanya buddha ksetra tersebut bersifat ideal dan lokutara  dan dikenal dengan sebutan tanah suci sukhavati, tempat buddha amitaba. Penganut aliran sukhavati mematuhi pancasila budhis  dan menyerahkan diri pada kekuatan maetri-karuna (kasih sayang dan belas kasih) Amitabha Buddha beserta Bodhisatwa Mahasatva lainnuya. Segala pemikiran di kesampingkan, yang penting penyerahan diri serta bertobat dengan mengulang sebutan mulia “ namo Amitaba Buddha(Namo O Mi Tohut)”. Pengulangan penyebutan mulia tersebut akan membangkitkan keBuddhaan yang terdapat dalam diri dan mengaktifkan untuk melakukan kebajikan dalam maetri-karuna. Amitaba sendiri secara harpiah berarti:sinar atau cahaya yang tak terbatas. Ini bersarti sewaktu seorang dengan hati yang iklas dan khusus menyebut Namo Amitaba Buddha pada waktu saat itu momen pikirannya atau kesadarannya terarah kepada  matrea karuna yang tak terbatas laksana cahaya yang menerangi segala penjuru dalam semestaini. Tanah suci sukavati merupakan monipestasi tata atau kedemikian. Keyakinan terhadap Buddha Amitaba merupakan hasil kontemplasi yang dalam atas hakekat buddha. Dimana semua ciri luar sakyamunu dan semua kondisi kehidupan duniawinya ditinggalkan, dan yang tersisa adalah buddha ideal dengan pencerahan sempurnanya yakni yang tak terbatas. Amitaba secara dinamis ruang berarti cahaya tanpa batas sedangkan secara dinmis waktu berarti kehidupan tanpa batas atau disebut juga amitayus. Bila ideal mengenai nirwana yang tanpa ruang dan tanpa waktu, tanpa kelahiran dan tanpa kematian, tidak berubah atau tidak bergelombang itu terealisasi, maka tidak lain adalah yang tak terbatas. 
Sekte ini tidak menitikberatkan pada pelajaran atau penyelidikan sutra-sutra dan meditasi. Tetapi yang terpenting adalah mematuhi Pancasila Buddhis dan menyerahkan diri pada kekuatan Maitri-Karuna Amitabha Buddha dan Bodhisatva Mahasatva lainnya. Yang penting adalah penyerahan diri serta bertobat seraya mengulangi sebutan mulia "Namo Amitabha Buddha" (Namo Amotofo). Di samping itu pemujaan dan bakti terhadap Avalokitesvara Bodhisatva (Kuan She Yin Pu Sa) dan Mahastamaprapta Bodhisatva (Ta She Che Pu Sa) juga dilakukan. Sering dikatakan:
Dia yang menyebut "Namo Amitabha Buddha" dialah orang yang penuh dengan kasih sayang dan welas asih terhadap semua makhluk hidup. Semasa hidup dengan tekun menyebut "Namo Amitabha Buddha" serta menerapkan Pancasila Buddhis dan melaksanakan Maitri-Karuna agar nanti setelah meninggal dunia akan terlahir di alam Sukhavati. Ini jangan semata-mata diartikan setelah mati baru lahir di Sukhavati.


D.    ALIRAN TIEN TAE (TIEN TAY CUNG/TEN DAY SYU)
Sekte ini terbentuk di Tiongkok dengan mengambil nama sebuah gunung di provinsi Ce Ciang yaitu Gunung Tien Tai (yang berarti "panggung surgawi"). Sebagai aliran mahayana yang besar, dalam aliran Thien Tai terdapat bermacam-macam cara atau metode yang membentuk suatu keharmonisan yang agung. Dalam aliran ini terdapat cara mempelajari sutra dan sastra, bhakti puja, pembacaan doa, pengulangan sutra, mantra dan darani  serta menitik beratkan pada sila dan samadi guna tercapainya prajna. Aliran ini selain berlandas kepada ajaran tentang tiga corak umum (trilakshana) serva sankhara anitya (segala sesuatu yang bersyarat adalah tidak kekal), sarva sankara dukhham (segala sesuatu yang bersyarat adalah penderitaan) dan sarva dharma anatam (segala dharma atau semua unsur tanpa-aku), juga meluaskannya menjadi empat dengan menambahkan ajaran tentang nirvana santam, yakni nirvana merupakan ketenangan abadi, keadaan sejati, kediaman, keheningan. Keadaan sejati itu dinyatakan sebagai yang bukan keadaan atau bukan kebenaran. Maksutnya adalah bukan sesuatu keadaan atau kebenaran hasil bentuk nalar, atau pemahaman melalui pemikiran. Keadaan sejati adalah diluar segala pemikiran. Keadaan sejati adalah diluar segala pemikiran, ucapan, bahasa dan konsep-konsep. Aliran Thien Tai menyebut kebenaran sejati itu juga sebagai yang esa, yang esa berarti satu melainkan yang mutlak. Yang mutlak tersebut janganlah di anggap sebagai suatu pusat yang kekal, tidak bergerak dengan sifat-sifat disekelilingnya yang berada, bergerak, berubah. Anggapan demikian merupakan gagasan daripenalaran yang sesat, yang sifatnya dualisme. Karenanya untuk menghindari gagasan tersebut, Aliran Thien Tai mengemukakan tentang teori “tiga kebenaran” yaitu :
Kebenaran kosong, kebenaran kesementaraan, kebenaran tengah / madya(pengembangan a dan b). Segala sesuatu tidak memiliki kesementaraan dan sekaligusberada di tengah sebagai keadaan sejati, kedemikian(tathata). Bukan keadaan atau kebenaran kosong  dan keadaan sementara dapat dianggap sebagai dua kutub tersebut, melakukan, melampaui dan mengatasinya. Yang tengah identik dengan keduanya karena keadaan sejati berarti bahwa yang tengah adalah kosongdan kesementaraan itu sendiri. Kebenaran mutlak yang di ajarkan aliran Thien Tai adalah kedamaian.
 Di Gunung Tien Tai ini secara resmi Bhiksu Ce Khai (531-597) syang disebut juga SSCe Yi atau Che ce mendirikan sekte ini. Sebelum beliau telah ada dua orang bhiksu intelektual lainnya yang meratakan jalan dan merintis berdirinya aliran ini yaitu Bhiksu Hui Wen dan bhiksu hui se Sekte ini berpedoman pada Saddharma Pundarika Sutra (Miao Fa Lien Hua Cing), Amitartha Sutra (Wu Liang I Cing) dan Nirvana Sutra (Nie Phan Cing). Di samping itu ada tiga tafsiran sutra dan karya sastra yang disusun oleh Hui wen hui, dan ce kay yaitu:
Fa hua wen ci (words and phrases of the lotus)
Fa suen  I  (propound meaning of the lotus)
o ho ce kuen famen (mahayana method of cessation and comtemplation)
Sekte Tien Tai memiliki suatu pandangan filosofis yang disebutkonsep 3.000 alam (Tri-sahasra Dharmadhatu). Konsep ini menitikberatkan hubungan erat antar makhluk-makhluk hidup serta hubungan dengan alam semesta sehingga timbul perkataan "yi nien san chien" (ichinen sanzen) yaitu pikiran sekejab meliputi segala hal ikhwal seluruh alam semesta.
Sekte Tien Tai dianut oleh berjuta-juta umat di Asia Timur. DiTiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam, sekte ini terus berkembang dan dapat dikatakan suatu sekte aliran Mahayana.

E.     ALIRAN NICHIREN
Sebelum tersebar ke Jepang, Agama Buddha terlebih dulu tersebar luas di semenanjung Korea dan daratan Cina. Di Cina, Mahaguru Tien Tai menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra. Dalam bahasa Cina Saddharmapundarika-sutra disebut Miao Hua Lien Hwa Cing dan dalam bahasa Jepang dibaca Myohorengekyo. Sutra Saddharmapundarika adalah ajaran Buddha Sakyamuni mazhab Mahayana. Dari Cina, Myohorengekyo atau Saddharmapundarika-sutra lalu disebarkan ke Jepang oleh Mahaguru Dengyo.
Aliran Niciren Syosyu didirikan di Jepang oleh Buddha Niciren Daisyonin berdasarkan Saddharmapundarika-sutra. Niciren Daisyonin menandai lahirnya aliran ini dengan penyebutan mantera agung Nammyohorengekyo untuk pertama kali pada 28 April 1253. Nammyohorengekyo terdiri dari kata Namu (bahasa Sanskerta ‘Namas’ yang berarti memasrahkan jiwa raga) dan Myohorengekyo.
Buddha Niciren Daisyonin terlahir dengan nama Zennichi Maro pada tanggal 16 Pebruari  1222 di desa kecil Kominato Propinsi Awa (sekarang daerah Ciba) Jepang. Sejak usia 12 tahun Zennichi Maro masuk ke kuil untuk menjadi bhiksu. Pada usia 16 tahun dia ditahbiskan menjadi bhiksu dengan nama Zesho-bo Renco. Setelah lebih dari 20 tahun mempelajari berbagai sutra dari sekte-sekte di berbagai kuil, maka Bhiksu Renco mendapatkan kesadaran bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah Ajaran Buddha Sakyamuni yang bisa menyelamatkan umat manusia dari berbagai penderitaan hidupnya. Sejak itu Bhiksu Renco disebut Niciren Daisyonin.

0 komentar:

Posting Komentar