PENGENALAN MAHAYANA DAN RITUALNYA
Mahayana secara
harafiah mempunyai arti:
Maha : berarti besar, luas, agung
Yana : berarti kendaraan atau kereta.
Mahayana berarti
kendaraan besar yang mengangkut pengemudi bersama penumpangnya mencapai suatu
tempat tujuan yang sama. Ajaran Buddha membimbing penganut-Nya seperti sebuah
kendaraan besar yang mengangkut pengemudinya bersama-sama para penumpangnya
mencapai tempat tujuan yang sama yaitu NIRVANA.
Asal Usul Mahayana
1.Setelah Buddha
Parinirvana barulah timbul pengelompokkan sekte-sekte. Tidak lama setelah
Buddha Parinirvana diadakan: Konsili I di Rajagraha (membahas Dharma dan
Vinaya) 543 SM 500 Arahat menyusun kembali Doktrin ajaran Buddha.
2.Konsili II di
Vaisali 443 SM masa raja Ajatasatu sebagian merasa perlu merubah beberapa
aturan kecil sebagian tidak. Timbul tradisi yang berbeda Sthaviravada(Theravada
247 SM) dan Mahasanghika (Mahayana 150 SM-100 M).
3.Konsili III di
Pataliputta pada tahun masa Raja Asoka membahas pendapat yang dianut oleh
Sangha.
4.Munculnya Mahayana
yang dipelopori oleh NAGARJUNA dan ARYA DEVA
5.Konsili IV (Titik
Perkembangan Mahayana)
6.Tahun 78 SM di
Kashmir dipimpin oleh Vasumitra dan Asvagosa dilaksanakan atas anjuran Raja
Kanisha. Merupakan titik awal perkembangan Mahayana, dimana konsili IV ini
tidak dihadiri oleh golongan Sarvastivada yang merupakan sesepuh dari
Theravada.
• Buddha Dharma
hanya ada satu yaitu ajaran Sakyamuni Buddha yang berdasarkan cara atau metode
latihan diri untuk menjadi Buddha.
• Buddha Dharma
dibagi menjadi 2 tingkat sebagai upaya untuk kemudian memberi bimbingan kepada
para umat yaitu:
• Ajaran yang
membimbing umatnya menjadi Arahat dan Pratyeka Buddha disebut sebagai
Hinayana/Theravada (Ajaran dasar).
• Ajaran yang
membimbing umatnya menjadi Bodhisattva dan Samyak-Sambuddha disebut sebagai
Mahayana (Ajaran yang diperluas)
Ciri-Ciri Mahayana:
•
Mempergunakan bahasa Sansekerta/Mandarin
•
Lebih bersifat religi dan filosofis
•
Pencapaian nirvana melalui pengetahuan sempurna
•
Setiap makhluk memiliki sifat kebuddhaan
•
Semua manusia tergolong Bodhisattva
•
Dukkha yang merupakan suatu ciri dari kehidupan hanyalah bersifat maya.
• Mengajarkan
tentang yang absolut atau yang sunyata
•
Buddha historis seperti Buddha Gotama merupakan proyeksi atau pancaran dari
Yang Absolut.
•
Pembebasan tidak hanya tercapai dengan usaha sendiri tapi juga melalui bantuan
makhluk lain.
•
Bercita-cita menjadi Bodhisattva untuk membebaskan setiap makhluk, daripada
mencapai Arahat, keselamatan pribadi.
Pengertian Bodhicitta
Bodhicitta adalah
kesadaran Buddha yang dimiliki oleh setiap makhluk. Bodhicitta merupakan
pondasi, sumber dari macam munculnya kebaikan, sumber dari usaha dan
kebahagaiaan serta sumber dari kesucian, terdiri dari:
• Bodhi
Pranidhi Citta: tingkat persiapan pencapaian kebuddhaan.
• Bodhi
Prastana Citta: tingkat pelaksanaan sesungguhnya dalam menuju
cita-cita.
Tiga kualitas yang
menjadi ciri Bodhisattva:
1. Cita-citanya yang
teguh untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan samsara.
2. Pikirannya yang tak
tergoyahkan
3. Usahanya yang tak
mengenal menyerah
Upaya Kausalya
Upaya Kausalya adalah
metode dalam Mahayana untuk menerangkan Dharma Sang Buddha, metode ini sifatnya
praktis. Misalnya ketika penyebaran Agama Buddha tersebar kedaerah-daerah lain,
maka dengan tanpa mengubah nilai spiritual yang terkandung ajaran, digunakan
metode yang lincah dan lunak untuk membimbing umat mencapai pengertian pada
Buddha Dharma.
• Upaya Kausalya
dipergunakan metode yang beragam dan bervariasi, apakah dengan puja bhkati,
pembacaan doa, upacara agama, pembakaran dupa, fangsen dan pemasangan lilin
serta pembacaan sutra atau meditasi dll. Terserah kepada mereka dan kesanggupan
umat masing-masing dalam melakukannya juga termasuk dalam pembabaran Dharma.
Upaya Kausalya merupakan metode yang praktis dan sesuai dengan kondisi dan
situasi. Untuk mengembangkan kebajikan, peningkatan spiritual maupun penyebaran
Dharma itu sendiri demi mencapai cita-cita tinggi.
Berbagai macam cara
Buddha dalam menerangkan Dharma:
1.
Sutra : khotbah-khotbah Sang Buddha dalam menyebarkan Dharma.
2. Gatha :
syair-syair pujaan/pujian yang mengisahkan pujaan-pujaan
3.
Ittivuttaka : mengisahkan kehidupan lalu
para siswa
4. Jataka
: mengisahkan kehidupan Tathagata
5. Adbhuta
: mengisahkan kemujizatan Sang
Buddha serta Bodhisattva.
6. Nida :
mengisahkan sebab akibat
7.
Aupanya : dengan perumpamaan
yang mudah untuk menerangkan hal- hal yang
sukar dimengerti
8.
Geya : syair yang diucapkan untuk menyimpulkan apa yang telah
diterangkan
semula serta menitik beratkan artinya.
9.
Upadesa : menerangkan
hal-hal yang sukar dimengerti dengan cara tanya jawab.
Bodhisattva dalam
Mahayana:
Avalokitesvara Bodhisattva
Berada di tengah melambangkan maitri karuna (cinta kasih)
Manjusri Bodhisattva
Berada disebelah kanan melambangkan panna (kebijaksanaan)
Samanthabadra Bodhisattva
Berada di sebelah kiri
dengan menunggangi seekor gajah putih melambangkan virya (semangat) dan
kebahagiaan.
Ksitigarbha Bodhisattva
Adalah Bodhisattva
yang bertekad untuk menolong semua makhluk agar terbebas dari neraka, bertekad
untuk mengosongkan neraka.
4 Kualitas dasar dari
4 Bodhisattva dalam Mahayana
Avalokitesvara Bodhisattva
Adalah sebagai lambang welas asih
Manjusri Bodhisattva
Adalah sebagai lambang kebijaksanaan
Samanthabadra Bodhisattva
Adalah sebagai lambang kasih dan kegiatan
Ksitigarbha Bodhisattva
Adalah sebagai lambang
keagungan dalam sumpah untuk menolong dan melepaskan makhluk sengsara.
Pokok-pokok Dasar
Ajaran Mahayana ada 5 yaitu:
Tri Ratna (Buddha, Dharma dan Sangha)
4 Kesunyataan Mulia(Catvari Arya Satyani) dan 8 Jalan Utama (Hasta AryaMarga)
Tiga Corak Universal (Anicca, Dukkha, dan Anicca)
Hukum Pratyasamudpada
Hukum Karma dan Kelahiran Kembali
Pengertian Bodhisattva
Sila
Bodhisattva Sila adalah aturan atau disiplin dalam Mahayana untuk melaksanakan
aturan kebodhisattvaan, yang terdiri dari 58 pasal meliputi:
1. Garukapatti (kesalahan besar) terdiri dari 10 pasal
2. Lahukapatti (kesalahan ringan) terdiri dari
48 pasal.
Macam-Macam
Penghormatan
•
Berlutut (Zan Kui)
•
Membungkuk setengah badan (Wen Sin)
•
Pradaksina/Rau Fo (mengelilingi rupang Buddha)atau Stupa
•
Bernamaskhara
•
Hui Siang
Makna
Prosesi/Pradaksina
1)
Pradaksina (Sanskrit) atau Padakkhina (Pali)
2)
Pradaksina artinya berjalan dengan sikap anjali, dengan meletakkan tangan di
depan dada sambil merenungkan sifat-sifat agung Tri Ratna mengelilingi altar
searah jarum jam sebanyak 3 kali putaran, baik di vihara maupun candi.
3)
Hal ini bermakna bahwa setiap langkah dalam kehidupan ini, hendaknya kita
selalu hormat, baik kepada guru, orang tua kita, maupun sesama makhluk hidup.
4)
Upacara Ksamayati (Pai Chan) merupakan suatu upacara pertobatan, dengan cara
melakukan Namaskhara kepada para Buddha dan Bodhisattva dengan menyatakan
penyesalan yang tulus atas segala tindakan buruk yang pernah dilakukan serta
bertekad untuk tidak mengulangi lagi.
Sankung :
Puja ritual
persembahan makanan kepada para Buddha dan Bodhisattva pada hari Uposatha
(1,8,15,23) yang biasa dilakukan pada pagi hari antara jam 10.30 sampai 11.30
pagi. Tidak dilaksanakan setelah lewat jam 12 siang.
Manfaat Parinimana/Hui
Siang:
1.
Seseorang yang penuh keyakinan melatih diri setelah selesai membaca
sutra/paritta/gatha, memuji nama agung para Buddha dan Bodhisattva maka akan
terlahir di surga Sukhavati.
2.
Parinimana dapat dilakukan pada saat-saat kita berbuat baik, dengan demikian
jasa pahala kita akan bertambah.
3.
Dapat terlahir di alam manusia/dewa, atau Sukhavati alam yang penuh
kebahagiaan.
4.
Isi arti Parinimana/Hui Siang
5.
Saya dengan sepenuh hati, melimpahkan jasa dan kebajikan yang diperoleh, untuk
membantu memperindah tanah suci para Buddha, dengan jasa dan pahala ini pula
dapat membalas empat budi besar;ayah, ibu, guru, dan Buddha. Menolong makhluk
hidup yang ada di tiga alam samsara; alam binatang, alam setan kelaparan, dan
alam neraka. Kalau ada makhluk yang melihat dan mendengar saya membaca
sutra/paritta, semoga semuanya bertekad membangkitkan kebodhian, yaitu mencapai
kebuddhaan dan menolong para makhluk, sampai akhir penghidupan ini bersama-sama
lahir di alam Sukhavati.
BERBAGAI MACAM RITUAL
DALAM TRADISI MAHAYANA
1.
Upacara dalam tradisi Mahayana terdiri dari hari-hari besar agama Buddha,
persembahan
2.
puja, puja pagi, dan puja sore serta pertobatan.
3.
Upacara hari besar agama Buddha tradisi Mahayana diantaranya terdiri dari :
4.
Upacara hari lahirnya Pangeran Siddharta yang jatuh pada tanggal 8 bulan 4
penanggalan
5.
lunar, biasanya pada hari tersebut diadakan Puja Bhakti pencurahan air bunga
pada
6.
rupang bayi Pangeran Sidharta ( I Fo)
7.
Hari hari besar Buddha dan Bodhisattva lainnya diantaranya hari besar
bhaisajaguru Buddha (Akhir bulan 9 penanggalan lunar).
8.
Amitabha Buddha (tanggal 17 bulan 11 penanggalan lunar)
9.
Maitreya Bodhisattva (tanggal 1 bulan 1 penanggalan lunar) bertepatan dengan
tahun baru imlek (Sin Cia)
10.
Avalokitesvara Bodhisattva (tanggal 19 bulan 2, 6 dan 9 penanggalan lunar.
11.
Mahastmaprapta Bodhisattva (tanggal 3 bulan 7 penanggalan lunar)
12.
Ksitigarbha Bodhisattva (akhir bulan 7 penanggalan lunar)
13.
Serta Buddha dan Bodhisattva lainnya. Perayaan hari-hari besar tersebut selalu
ditandai dengan pembacaan sutra, mantra, pelafalan nama Buddha, persembahan
puja, pemasangan pelita maupun Ksamayati/pertobatan.
14.
Hari Ulambana, yang dalam tradisi Theravada disebut hari Kathina, yaitu hari
persembahan empat kebutuhan pokok kepada anggota Sangha. Dan pada sore/petang
harinya diadakan acara Ta Meng San oleh anggota Sangha, jasa kebajikan dari
upacara ini dipersembahkan untuk umat yang mempersembahkan empat kebutuhan
pokok tersebut, beserta leluhur dan sanak keluarga yang masih hidup maupun yang
telah meninggal.
Ksamayati (Pai Chan)
Ada 4 kekuatan yang
dibutuhkan:
1. Kekuatan penyesalan
Perasaan menyesal atas kesalahan yang telah dilakukannya
2. Kekuatan penawaran
Perbuatan baik apapun dapat mengimbangi/mengikis karma buruk kita
3. Kekuatan berpaling
dari kesalahan
Kekuatan ini berupa janji untuk meninggalkan perbuatan buruk yang kita alami
4. Kekuatan landasan
Keyakinan pada Tri
Ratna tidak timbul dari suatu kepercayaan buta atau pasrah saja
Persembahan ini
biasanya terdiri dari 6 macam sayur dan 1 mangkok nasi ditambah dengan satu
mangkok kecil nasi untuk Cu Se.
Cu Se berarti memberi
makan kepada makhluk yang kelaparan dengan memvisualisasi(membayangkan) makanan
yang kita berikan menjadi banyak. Di vihara yang mana banyak anggota Sangha
yang menetap setiap hari dilakukan sebanyak tiga kali (pagi-siang-sore/malam).
Ritual Pai Chan yang
biasa dilakukan:
•
Fak Sek Fak Fo hung Ming Pau Chan
•
Chien Fo Hung Ming Pau Chan
•
San Chien Fo Hung Ming Pau Chan
•
I Wan Fo Hung Ming Pau Chan
•
Yao She Pau Chan
•
Ta Pei Chan
•
A Mi Tho Pau Chan
•
Che Pei San Mei Sui Chan
•
Liang Huang Pau Chan
•
Cingkang Pau Chan
•
Ti Cang Chan Fa Ti Kui
Ritual Fang Sen
•
Adalah praktek menyelamatkan hewan dari bahaya, kematian dan penderitaan.
•
Berarti melepaskan makhluk hidup ke alam bebas (habitatnya).
•
Fangsen dilakukan atas dasar cinta kasih, dengan melakukan fangsen berarti kita
melatih diri kita untuk membangkitkan metta yang ada dalam diri kita
masing-masing.
•
Melepaskan makhluk hidup itu merupakan suatu berkah yang besar karena kita
telah memberi kesempatan hidup lebih lama kepada mereka.
FANG SEN
Manusia
menderita sakit, nasib buruk, semua bersumber dari karma penyembelihan, cara
terbaik membayar karma ini adalah membebaskan makhluk hidup dari bahaya,
kematian, dan penderitaan.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan:
•
Jangan memesan hewan yang akan di Fangsen (dilepaskan) itu terlebih dahulu.
•
Jangan membiarkan hewan tersebut di dalam kandang/kardus/ember dan sebagainya
terlalu lama karena upacara yang sangat panjang, sehingga dapat menambah
penderitaan bagi mereka.
SUTRA YANG SERING
DIGUNAKAN DALAM KEBAKTIAN MAHAYANA
•
Leng Yen Cou
•
Ta Pei Cou – Sincing
•
Sadharma Pundarika sutra (Ta Chen Miau Fa Lian Hua cing)
•
88 Fo (Puja 88 Buddha)
•
Amitabha Sutra (A Mi Tho Cing)
•
Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Sutra (Yau She Liu Li Kuang Ru Lai Pen Yen Kung
Tek Cing).
•
Vajracchedika Prajna Paramita Sutra (Cing Kang Pan Yok Po Lo Mi Cing)
•
Ta-Pei-Chan
•
Fo Chien Takung/Sangkung (Puja setiap hari uposatha 1,15,8,23).
•
Puja Ksamayati Maha Karuna Avalokitesvara
•
Fo Suo Yi Lan Phen Ching
•
Ta Pei Sin Tuo Luo Ni Cing (Mahakaruna Dharani Sutra)
•
Ksitigarbha Sutra
•
Fo Suo Ta Shen Wu Liang Sou Cuang Yen Ching Cing Phing Ten Cie Cing
•
Fo Suo Kwuan Wu Liang Sou Fo Cing
•
Cung Feng San She Si Nien (ritual rangkaian 3 waktu melafal Amitabha Sutra)
•
Ta Fang Kuang Fo Hua Yen Cing Phu Sien Sing Yen Phin
•
Fo Suo Fu Mu Eeng Cung Nan Pao Cing
•
Ta Fang Pien Fo Pao Eng Cing
•
Fang Seng Yi Kui
•
Ta Fang Kuang Fo Hua Yancing (flower adornment sutra volume 1,2,3)
•
Miau Fa Lien Hua Cing (sutra bunga teratai)
•
Ta Fo Ting Sou Len Yen Cing (Surangama Sutra)
Manfaat Parinimana/Hui
Siang
1.
Hui Siang mempunyai manfaat yang besar, orang yang melatih diri setiap selesai
membaca sutra/paritta/gatha memuji nama agung para Buddha dan Bodhisattva dan
mengantar makhluk ke suatu tempat yaitu Sukhavati.
2.
Dapat dilakukan tidak hanya pada waktu membaca paritta/sutra saja tetapi setiap
kali melakukan perbuatan baik.
Pelita Puja (Tian Ten)
•
Memasang pelita adalah suatu bentuk persembahan puja kepada Tathagata,
Buddha dan para Bodhisattva Mahasattva menyatakan menghormati, bersyukur
dan berterima kasih kepada Yang Dimuliakan.
•
Pelita melambangkan sinar welas asih para Buddha dan Bodhisattva, pelita
mengorbankan dirinya untuk memberi penerangan dalam kegelapan.
•
Pelita melambangkan berkah dan penerangan .
•
Pelita melambangkan tidak ego dan pengorbanan
•
Pelita melambangkan kebijaksanaan dan kedamaian
•
Nyalakan pelita di altar Buddha.
•
Padamkan api yang berada di dalam hati
•
Menerangi Trisuhara Loka Dhatu/jagad raya.
•
Terang muncul di dalam kegelapan, semoga diriku juga diterangi.
Semboyan Agama Buddha
Mahayana Indonesia
•
Maitri Karuna, landasan kebodhian
•
Sad paramita, pedoman penghayatan
•
Menolong 6 alam tumimbal lahir
•
Melaksanakan tekad Bodhisattva
Nian Fo
Mengapa kita harus
belajar
Nian Fo?
1.
Secara jujur manusia tidak luput dari kesalahan dan prilaku dosa, sehingga
banyak orang yang takut bertemu dengan Dewa Yama/Giam Lo Ong
2.
Manusia khawatir terjatuh ke 3 alam samsara (Neraka, setan kelaparan dan
binatang)
3.
Maka umat mulai sadar dan mau melatih diri, tetapi hanya memilih cara mudah
yaitu sekte tanah suci/Nian Fo.
Maksud dan Tujuan Nian
Fo
•
Melakukan pertobatan, melenyapkan karma buruk
•
Melenyapkan khayalan dan kekacauan batin
•
Menentramkan jiwa dan raga
•
Membangkitkan keyakinan, tekad dan pelaksanaan
•
Untuk dilahirkan di surga Sukhavati
•
Mencapai Anuttara Samyaksambodhi.
Pengertian dan Praktek
Yang Benar
3 Syarat utama untuk
terlahir di tanah suci Sukhavati:
1.
Keyakinan yang dalam
2.
Sepenuh hati (pikiran tulus)
3.
Bangkitkan tekad dan pelimpahan jasa
Ada 3 (tiga) Pintu
Dharma
Badan jasmani
Ucapan
dan pikiran
Melalui pikiran,
ucapan dan perbuatan kepada semua orang, dari pikiran yang saling tinggi hati,
penuh sayang kita mengucapkan Amitofo.
•
Melafalkan nama Buddha/Nien Fo harus dimulai dari hati, suara pujian keluar
dari mulut dan didengarkan kembali oleh telinga.
•
Demikianlah pikiran mengingat, mulut melafalkan. Telinga mendengarkan, semuanya
harus jelas, jernih, tenang, dan berkesinambungan, lambat laun akan memenuhi
relung hati dan menjadi sepenuh hati.
4 Metode Melakukan
Pelafalan Nama Buddha:
•
Dengan konsentrasi ucapan dan pendengaran
•
Dengan memusatkan konsentrasi pada rupang
•
Dengan berkonsentrasi pada 16 kemuliaan surga
Sukhavati.
•
Melepaskan pikiran dualisme, membangkitkan jiwa Buddha untuk memahami
kesunyataan
Pedoman Untuk Praktik
•
Hati murni makhluk-makhluk menjadi suci
•
Hati murni bumi akan menjadi surga
•
Metode ajaran Buddha luas kebenarannya
•
Semua mengarah hanya mengajar kembalikan kemurnian.
•
Sila untuk memurnikan ucapan dan perbuatan
•
Samadhi untuk memurnikan pikiran yang diliputi ilusi dan hawa nafsu
•
Kebijaksanaan untuk memurnikan pandangan dan pengetahuan
•
Tujuan utama dari ketiga praktek adalah kemurnian
•
Keserakahan bila sudah murni bagaikan air samadhi (ketenangan)
•
Kebencian bila sudah murni bagaikan hembusan angin welas asih
•
Kebodohan bila sudah murni bagaikan pelita apinya prajna (kebijaksanaan)
•
Sesungguhnya kesejatian diri semua makhluk adalah murni.
•
Aktivitas sesaat tidak terbatas bila sudah murni
•
Jikalau semua praktik kemurnian sudah dilaksanakan maka dapat memurnikan hati,
sikap dan prilaku.
•
Inilah yang disebut memperindah tanah suci para Buddha.
Tekad ke-18 Buddha
Amitabha
Disaat aku akan
menjadi Buddha, semua makhluk yang berada di sepuluh penjuru dunia, setelah
mendengarkan nama-Ku, dengan sepenuh hati meyakininya, bertekad dengan setulus
hati, melimpahkan semua akan karma baik agar dapat terlahir di negeri-Ku,
bahkan hanya dengan sungguh-sungguh merenungkan dan menyebut nama-Ku sepuluh
kali saja sewaktu akan meninggal, bila tidak dapat terlahir di negeri-Ku, maka
aku tidak akan menjadi Buddha, kecuali ia telah melakukan Pancanantarya Karma
(lima perbuatan durhaka), atau memfitnah Buddha Dharma.
Tekad ke 19 dan 20
Buddha Amitabha
Di saat aku akan
menjadi Buddha, semua makhluk yang berada di sepuluh penjuru dunia,
membangkitkan Bodhicitta setelah mendengar nama-Ku, meningkatkan semua
kebajikan, menjalankan sad paramita dengan gigih tanpa mundur, ditambah lagi
dengan penyaluran jasa semua akar karma baiknya, serta siang dan malam tiada
putusnya bertekad dilahirkan di negeri-Ku, sewaktu akan meninggal, Aku bersama
dengan para Bodhisattva akan datang menyambut di hadapannya, dalam waktu
sekejap dapat terlahir di negeri-Ku menjadi Bodhisattva Avinivartaniya(batinnya
tidak akan mundur lagi mencapai pencerahan tertinggi). Bila tidak akan terlahir
di negeri-Ku, Aku tidak akan menjadi Buddha.
Peralatan yang
digunakan pada saat pujabakti Mahayana
Muk-Ie (Ikan Kayu)
Fungsinya adalah sebagai pedoman pada saat membaca sutra, agar dilakukan dengan
serempak. Melambangkan kesadaran/perhatian murni, bagaikan ikan yang tidur
dengan mata yang terbuka. Berasal dari Tiongkok, kemudian ke Korea, Jepang,
Taiwan dan Asia termasuk Indonesia
In-Ching
Fungsinya adalah untuk memberikan aba-aba pada saat namaskhara, pengiring pada
saat lagu penyesalan, kemudian juga sebagai pengiring dalam pujian dan
pembacaan mantra-mantra. Alat ini berasal dari Tiongkok.
Ching/Gong
Berbentuk seperti mangkuk terbuat dari logam, alat ini digunakan untuk menandai
bagian-bagian penting dalam pujian-pujian/pembacaan paritta.
He-Che
Terdiri dari ukuran kecil, sedang dan besar. Bentuknya hampir menyerupai
gembreng (Cymbal). Alat ini pakai sebagai pelengkap dalam menyanyikan lagu-lagu
pujian. Alat musik ini telah lama di India demikian juga di Tiongkok.
Ku (Tambur)
Terdapat hampir di setiap negara
(India, Tiongkok, Tibet dll) sebagai alat pengiring kebaktian, tanda mulai
kebaktian dan lain-lain.
Yau Ling (genta) atau Lonceng
Alat ini digunakan pada saat kebaktian. Biasanya digunakan bersama vajra. Genta
melambangkan suara, kata-kata yang penuh dengan daya cipta, getaran yang
dimunculkan dari pengulangan mantra. Dimaksudkan juga untuk melambangkan batin
menuju pencerahan.
Ada 7 jenis genta yang
dapat ditemukan:
Genta yang memiliki kepala vajra 1 titik, 3 titik, 4 titik, 5 titik, 9 titik
yang bergagang Triratna dan yang bergagang melambangkan stupa. Digunakan oleh
sekte utara (mahayana dan tantrayana)
Cing Kang Chu (Vajra)
Alat ini telah ada sebelum munculnya agama Buddha. Digunakan sebagian besar
Buddhisme Tantrayana dan sekte eksoterik di Jepang dan Tiongkok. Selain itu
juga digunakan ritual veda (hindu) untuk mengusir kekuatan-kekuatan jahat yang
mendekati persembahan.
Benda ini melambangkan kebijaksanaan yang mengalahkan kebodohan, semangat yang
mengalahkan nafsu pengetahuan bagaikan teratai digunakan untuk melenyapkan
rintangan-rintangan spiritual dan merupakan senjata yang efektif untuk melawan
nafsu dan pikiran-pikiran jahat.
Tasbih (Nianzhu)
Terbuat dari kayu
pilihan, batu dll. Alat ini berfungsi untuk membantu pengulangan
mantra/sutra-sutra suci pendek. Contoh: Nian Fo, dll. Biasanya tasbih berjumlah
108 butir karena memiliki arti memutuskan 108 jenis kegelisahan batin.
Tan Che
Sebagai alat musik
tambahan dalam mengiringi pujian-pujian.
SERBA-SERBI
1.
Mudra yaitu: gerak isyarat tangan dengan memakai simbol gaib yang menunjukkan
berbagai gagasan pikiran.
2.
Vairocana yaitu: pimpinan dari kelima Dhyani Buddha yang menempati posisi di
tengah, juga merupakan kebijaksanaan tertinggi.
3.
Gatha adalah:
4.
Rangkaian kata-kata Buddha dalam syair
5.
Serangkaian cerita atau lagu pujian yang berisikan nasihat-nasihat baik
6.
Bait atau lagu yang diciptakan oleh pikiran dalam kondisi penghayatan
batin.
7.
Vandana adalah: penghormatan
8.
Mantra adalah:kata-kata/kalimat yang sakral dan mempunyai kekuatan gaib.
AKHIR KATA:
o
Semoga kita semua dapat bertekad untuk mempelajari pintu Dharma yang tiada
batasnya.
o
Bertekad untuk mempelajari jalan utama dari Buddha dan para Bodhisattva.
o
Bertekad menolong semua makhluk yang membutuhkan.
o
Semoga kita dari hari ke hari dapat merasakan kemajuan Praktek Buddha Dharma,
dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang banyak.
o
Semoga jasa kebajikan yang telah kita lakukan hari ini dapat memperindah tanah
suci para Buddha, membelas empat budi besar, menolong makhluk di tiga alam
samsara.
o
Semoga semua yang mendengarkan Dharma ini dapat membangkitkan kebodhian, sampai
di akhir kehidupan ini, bersama-sama lahir di alam bahagia.
http://artikel-evaluasi.blogspot.com/2012/07/pengenalan-mahayana-dan-ritualnya.html






0 komentar:
Posting Komentar