Kitab suci Abhidhamma Piṭaka
Menurut catatan sejarah, Abhidhamma Pitaka adalah suatu kitab yang baru resmi tertuliskan pada Muktamar (sanghayana) keempat yang diselenggarakan di Aluvihara, Sri Lanka pada tahun 83 Sebelum Masehi. Pada mulanya, kitab ini dituliskan pada lembaran-lembaran daun lontar. Sedangkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Pali (Magadha). Namun beberapa tahun kemudian telah terdapat pula Abhidhamma Piṭaka yang ditulis dalam bahasa Sinhala, Devanagari, Myanmar, Thai, Inggris dan lain-lain.Pengertian Abhidhamma
Abhidhamma berasal dari istilah Pali yang secara etimologinya terdiri dari dua kata yaitu Abhi yang berarti tinggi, agung, luhur, luas, dan Dhamma yang berarti kebenaran atau ajaran kebenaran dari Sang Buddha. Jadi Abhidhamma berarti ajaran yang luhur, agung, atau tinggi dari Sang Buddha. Dalam kitab ulasan Atthasalini, Buddhaghosa Thera menjelaskan bahwa kata sifat Abhi secaraharafiah berarti melebihi, melampaui, dan mengungguli. Dhamma dalam Sutta Piṭaka adalah ajaran biasa (Vohara desana) dan banyak menggunakan istilah-istilah konvensional, seperti manusia, binatang, benda-benda dan sebagainya. Sedangkan Abhidhamma adalah ajaran tertinggi (paramatha desana), maka segala sesuatunya dianalisis secara teliti dan digunakan istilah-istilah yang analitis seperti kelompok kehidupan (khandha), unsur (dhatu), landasan (ayatana) bahkan jalan pembebasan diterangkan dengan kata yang terang, jelas, dan tepat.
Sebagai ajaran tertinggi Abhidhamma memungkinkan seseorang untuk mencapai pembebasan mutlak dari semua bentuk penderitaan, karena Abhidhamma berguna untuk mengembangkan pandangan terang (Vipassana bhavana). Tetapi tidak pula dikatakan bahwa Abhidhamma mutlak atau sangat perlu untuk mencapai kebebasan, pengertian dan pencapaian kebebasan semata-mata tergantung pada diri sendiri. Dikatakan bahwa Empat Kesunyataan Mulia yang merupakan landasan ajaran Sang Buddha terdapat dalam diri masing-masing manusia. Dhamma tidak terlepas dari diri manusia sendiri; manusia perlu mencari ke dalam diri mereka sendiri dan kebenaran akan tampak.
Dari Sutta dijelaskan bahwa terdapat orang-orang yang mencapai pencerahan tanpa mengenal Abhidhamma terlebih dahulu, seperti:
- lima orang Bhikkhu yang kemudian dikenal sebagai Pancavagiya (Kondaña, Vappa, Bhaddiya Mahanama dan Assaji) mampu mencapai kesucian setelah mendengar khotbah Sang Buddha, yaitu pemutaran Roda Dhamma (Dhammacakkappavattana Sutta).
- Upatisa yang kemudian dikenal sebagai Y.A. Sariputta mencapai Sotappana hanya mendengar setengah bait "Hubungan Kausal" yang diajarkan oleh Y.A. Assaji, padahal waktu itu Ia belum belajar Abhidhamma.
- Patacara, seorang ibu yang sedang bersedih karena kehilangan orang yang paling dekat dan paling disayang olehnya mampu mencapai pembebasan melalui perenungan pada air yang membasahi kakinya atas nasihat Sang Buddha.
- Culapantaka, seorang yang tidak mampu menghapal sebait syair dalam waktu kurang lebih satu vassa, mencapai kearahatan dengan mengamati proses "Ketidak kekalan" yaitu dengan cara memandang sehelai sapu tangan yang bersih di bawah terik matahari.
Pembabaran Abhidhamma
Dikatakan bahwa Abhidhamma sesungguhnya kekal abadi; ia berada dalam alam semesta yang sangat luas ini, hanya suatu ketika Abhidhamma itu dilupakan oleh para Brahma, dewa dan manusia, pada saat itulah muncul Sammasambuddha yang akan mengajarkan Abhidhamma kepada mahluk-mahluk. Mahluk-mahluk seperti Savaka Buddha, Arahat, dan ariya Puggala tidak mampu mengajarkan Abhidhamma bila tidak belajar atau mendengar ajaran Abhidhamma.Para Attakathacariya pernah menjelaskan dalam Paticcasamuppadavibhagathakatha sebagai berikut:
AYAM ABHIDHAMO NAMA NA
ADHUNO KATONAPI BAHIRAKA ISIHIVA DEWATAHI VA BHASITO SABBANNUJINABHASITO PANA
AYAM.
Artinya: Abhidhamma
bukan hanya muncul dalam zaman sekarang ini saja, para resi (pertapa atau orang
suci) atau dewa tidak mampu mengajarkan Abhidhamma (jika tidak belajar). Hanya
Sammasambhuda saja yang dapat mengajarkannya.
Dalam kitab Ulasan atas Dhammapada, Khudaka Nikaya, kitab Ulasan Udana, dan
Ulasan Itivuttaka dapat dijumpai data historis kisah berkenaan dengan
Abhidhamma sebagai berikut:- pada minggu keempat setelah pencapaian penerangan sempurna Sang Buddha berdiam di kamar batu permata yang diciptakannya dan bermeditasi mengenai Abhidhamma.
- Tahun ketujuh setelah pencapaian penerangan sempurna selama satu vassa Sang Buddha mengunjungi surga Tavatimsa dan memberikan pelajaran Abhidhamma kepada dewi Maya dan pada dewa secara terperinci (Vittharanaya).
- Pada kesempatan yang sama (Vassa) Ia mengajarkan kepada Y.A. Sariputta di hutan kayu cendana secara singkat (Sankhepanaya).
- Y.A. Sariputta mengajarkan Abhidhamma kepada siswanya secara setengah ringkas dan setengah rinci (athivitharananatisankhepanaya) atas wewenang dari Sang Buddha untuk mengajarkan Abhidhamma kepada siswa-siswanya. Akhirnya Abhidhamma menjadi topik yang menarik di antara siswa Sang Buddha, termasuk Ananda Thera.
- Pada Sangha Samaya Ketiga di Pataliputta diulanglah Abhidhamma Pitaka oleh Y.A. Kassapa Thera. Dan selanjutnya pada Sangha samaya keempat di Aluvihara secara resmi ditulis dalam sebuah kitab Tipitaka.
- Kitab ini terdiri atas 7 buah buku (pakara),
yaitu:
1. Dhammasangani: perincian Dhamma-Dhamma, yakni unsur-unsur atau proses-proses batin.2. Vibhanga: perbedaan atau penetapan. Pendalaman mengenai soal-soal dalam Dhammasangani dengan metode yang berbeda. Buku ini terbagi menjadi 8 bab (vibhanga) dan masing-masing mempunyai 3 bagian.3. Dhatukatha: penjelasan mengenai unsur-unsur, yaitu mengenai unsur-unsur batin dan hubungannnya dengan kategori lain. Buku ini terbagi menjadi 14 bagian.4. Puggalapannatti: penjelasan mengenai orang-orang, terutama menurut tahap-tahap pencapaian merka sepanjang Jalan. Dikelompokkan menurut urutan bernomor, dari kelompok satu sampai sepuluh, seperti sistem dalam Kitab Anguttara Nikaya.5. Kathavatthu: pokok-pokok pembahasan, yaitu pembebasan dan bukti-bukti kekeliruan dari berbagai sekte (aliran-aliran) tentang hal-hal yang berhubungan dengan theologi dan metafisika. Terdiri atas 23 bab yang merupakan kumpulan percakapan-percakapan (katha).6. Yamaka: kitab pasangan, yang oleh Geiger disebut logika terapan. Pokok masalahnya adalah psikologi dan uraiannya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan berpasangan. Kitab ini terbagi menjadi 10 bab yang disebut Yamaka.7. Patthana: kitab hubungan, yaitu analisa mengenai hubungan-hubungan (sebab-sebab dan sebagainya) dari batin dan jasmani yang berkenaan dengan 24 paccaya (kelompok sebab-sebab).Gaya bahasa dalam Kitab Abhidhamma bersifat sangat teknis dan analitis, berbeda dengan gaya bahasa dalam Kitab Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka yang bersifat naratif, sederhana, dan mudah dimengerti oleh umum. Pada dewasa ini sudah banyak bagian dari Tipitaka yang telah diterjemahkan dan dibukukan ke dalam Bahasa Indonesia misalnya Kitab Dhammapada; beberapa Sutta dari bagian Sutta Pitaka lainnya; beberapa bagian dari Vinaya Pitaka dan juga beberapa bagian (buku) dari Abhidhamma Pitaka.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Abhidhamma
- http://sudhammacaro.blogspot.com/2012/09/abhidhamma-pitaka.html






0 komentar:
Posting Komentar